Februari 23, 2025
KINERJAEKSELEN.co, Jakarta – Perbankan Indonesia terus menunjukkan komitmen dalam mendukung pembiayaan hijau dan penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
OJK memproyeksikan tren peningkatan kredit atau pembiayaan hijau akan terus berlanjut, seiring dengan dukungan perbankan terhadap target Net Zero Emission Pemerintah Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Menurut Dian Ediana Rae selaku Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (PBKN) OJK menyebutkan, total penyaluran kredit/pembiayaan berkelanjutan perbankan telah mencapai Rp1.959 Triliun pada tahun 2023.
Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (2022), yang tercatat sebesar Rp1.409 Triliun.
Sementara untuk data penyaluran kredit berkelanjutan pada tahun 2024, saat ini masih dalam proses pelaporan oleh perbankan ke OJK sesuai batas waktu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017 Tahun 2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.
“Dapat kami sampaikan bahwa perbankan Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat dalam mendukung pembiayaan hijau dan penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Tren peningkatan kredit/pembiayaan hijau tersebut diproyeksikan akan terus meningkat, seiring dengan dukungan perbankan terhadap target Net Zero Emission Pemerintah Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat,” jelas Dian dalam keterangan tertulis, Jumat (21/2).
Dian menambahkan, bahwa peningkatan tersebut didukung adanya penerbitan panduan dari OJK antara lain Climate Risk Management & Scenario Analysis (CRMS), sebuah kerangka terpadu yang mencakup aspek tata kelola, strategi, manajemen risiko, dan pengungkapan untuk membantu bank menilai ketahanan model bisnis mereka terhadap perubahan iklim.
Selain itu, telah terbit Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) versi 2 pada Februari 2025, dimana merupakan klasifikasi aktivitas ekonomi yang mendukung upaya dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.
Menurut Dian, taksonomi ini berfungsi sebagai panduan bagi sektor keuangan dalam mengidentifikasi dan mengalokasikan pembiayaan ke proyek-proyek hijau dan berkelanjutan.
Meski demikian, diakuinya, bahwa tantangan terhadap sustainable finance secara global saat ini sangat besar, khususnya dengan mundurnya Amerika Serikat (AS) terhadap komitmen Paris Agreement serta mundurnya bank-bank AS dari Net-Zero Banking Alliance.
“Akan tetapi, Indonesia menerapkan sustainable finance berdasarkan kepentingan dan kebijakan domestik serta komitmen RI di fora internasional,” tandas Dian.
[nug/red]
Sumber: kinerjaeselon.com